Saatnya Evaluasi Diri
Minggu, 03 Juni 2018 08:58:20
Rexy Mainaky menari kegirangan bersama anggota tim Piala Uber Thailand yang secara mengejutkan mengandaskan juara bertahan tim Tiongkok di semifinal. Keesokan harinya Rexy pun ikut naik podium untuk menerima pengalungan medali perak usai kalah dari tim Jepang di final.
Dalam kurun dua hari itu para netizen pun bersahut-sahutan memberikan komentar. Mayoritas menyayangkan mengapa Rexy justru tidak merayakan kegembiraan itu bersama tim Indonesia. Sebagian lagi menilai kenyataan itu seperti sebuah tragedi.
Rexy, boleh jadi, salah satu contoh pelatih asal Indonesia yang justru mampu mengangkat prestasi bulutangkis di negeri orang. Saudara kandungnya Reony Mainaky pun ikut mengangkat prestasi bulutangkis Negeri Sakura Jepang. Mulyo Handoyo juga pernah mendongkrak prestasi para pemain India tahun lalu sebelum ia pindah ke Singapura.
Pertanyaan yang muncul, adakah yang salah dengan pelatih-pelatih hebat ini sehingga seakan tak punya tempat lagi di negeri sendiri untuk mengabdi. Padahal, faktanya prestasi tim Merah Putih tak juga beranjak bangkit. Piala Thomas dan Uber yang begitu lama meninggalkan Indonesia seolah lupa jalan untuk kembali.
Menpora Imam Nahrawi pun merasa perlu angkat bicara. Boleh jadi, beliau pun merasa risih ketika menyaksikan ada pelatih Indonesia yang menari kegirangan bersama tim negeri lain, sementara negerinya sendiri terpuruk.
Yang pasti, tidak ada satu pun tim peserta Piala Thomas & Uber yang sempurna di semua nomor pertandingan. Yang ada adalah kemampuan tim pelatih yang mampu meracik materi yang ada untuk mengubahnya menjadi kekuatan yang dahsyat.
Faktanya itulah yang sudah dilakukan Rexy yang baru sejak awal 2017 lalu menukangi tim Thailand. Materi tim putri Negeri Gajah Putih di atas kertas tidaklah terlalu istimewa. Tapi, sekali lagi, kemampuan mengatur strategi komposisi pemain yang tepat akhirnya yang mampu mengantar mereka ke partai puncak.
Sependapat dengan Imam Nahrawi, PBSI memang harus segera mengevaluasi diri. Tidak melulu pemain yang jadi sasaran evaluasi tapi juga jajaran pelatih. Perjalanan selama 1,5 tahun di era Ketua Umum PBSI Wiranto sudah lebih dari cukup untuk mengevaluasi apakah jajaran pelatih yang ada sudah sesuai kompetensinya.
Risiko yang dibayar terlalu mahal jika pemilihan pelatih tidak dilakukan secara profesional tapi lebih mengedepankan faktor kedekatan atau titipan. Jangan mabuk dengan kesuksesan yang diraih oleh Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Karena itu hanya menutupi sebagian kecil dari luka yang teramat besar.
Komentar
-
supriyono Rabu, 11 April 2018 18:55:56
-
Ben Jufri Senin, 04 Desember 2017 14:29:07