Kala Pelatnas tak Lagi Nyaman Buat Hanna

Rabu, 01 Agustus 2018 10:29:29

 

Majalahbulutangkis.com- Menjadi bagian dari anggota Pelatnas PBSI di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, sejatinya merupakan impian para pebulutangkis di seluruh tanah air. Semua pemain berlomba-lomba menjadi yang terbaik agar bisa mendapatkan tempat di kawah candradimuka pembinaan bulutangkis Indonesia itu.

Para pemain pun datang silih berganti untuk mengisi tempat di Pelatnas PBSI. Generasi demi generasi pun terus berganti dengan melahirkan bintang-bintang bulutangkis yang mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional.

Faktanya memang tak selalu mereka yang digembleng di Pelatnas Cipayung otomatis akan bersinar prestasinya. Sebaliknya, tak sedikit pula yang justru tak mampu memanfaatkan peluang yang dimiliki untuk makin berkembang. Ketika situasi ini terjadi maka hukum alam yang berlaku. Mereka yang kalah dalam persaingan umumnya akan tersisih, entah karena tersisih oleh aturan yang ditetapkan PBSI atau sebaliknya karena kemauan sendiri.

Hanna Ramadini adalah salah satu pemain tunggal putri yang tiba-tiba menyatakan pengunduran dirinya dari Pelatnas PBSI terhitung sejak 1 Juni 2018 lalu. Pemain kelahiran Tasikmalaya, 21 Februari 1995 ini mengaku keputusan untuk pamit dari pelatnas sudah dipikirkannya dalam dua bulan belakangan. Ia pun telah menyampaikan hal ini kepada Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti.

"Saya memang mengajukan pengunduran diri dari pelatnas dan tinggal menunggu SK (surat keputusan) dari PBSI," tutur Hanna seperti dilansir situs resmi PBSI.

Sementara itu Susy pun sudah menerima keputusan pengunduran diri Hanna dari skuad tunggal putri pelatnas. Dituturkan Susy, Hanna mengajukan untuk mundur untuk main secara profesional dan menata masa depannya.

"Hanna menemui saya sebelum kami berangkat ke Bangkok tampil di Piala Thomas dan Uber. Saya bilang apakah sudah dipikirkan matang-matang, dia bilang sudah dipikirkan sejak lama dan ini keputusan yang sudah didiskusikan dengan orangtuanya. Buat saya, apa yang terbaik saja untuk Hanna, karena masa depan Hanna ada di tangannya," kata Susy.

"Memang kami akan mengadakan promosi dan degradasi di bulan Juli, sedangkan pengajuan Hanna memang sudah agak lama sebelum berangkat ke Bangkok, jadi ini tidak ada sangkut pautnya dengan degradasi," ungkap Susy.

Hanna mengakui jika dirinya masih belum tahu apakah dirinya akan benar-benar gantung raket usai hengkang dari pelatnas.

"Sepertinya susah sekali meninggalkan dunia bulutangkis sepenuhnya, mungkin prosesnya pelan-pelan. Soal masih main atau tidak, masih dalam pembicaraan dengan klub asal saya, Mutiara Cardinal Bandung," sambung Hanna.

Diakui Hanna, tak mudah untuknya mengambil keputusan ini. Ia bahkan mengaku sedih saat melakoni pertandingan internasional terakhirnya di Badminton Asia Championships 2018 di Wuhan, Tiongkok.

"Begitu banyak momen kebersamaan dengan teman-teman di pelatnas yang sangat membahagiakan. Saat farewell (perpisahan) kemarin, rasanya berkesan sekali, judulnya farewell tapi saya merasa disayang sekali hari itu," ujar Hanna.

"Jaga terus kekompakan tim tunggal putri, semoga tetap semangat dan saling mendukung satu sama lain. Saya berharap semoga teman-teman di tunggal putri bisa membuktikan bahwa mereka bisa menjadi seorang juara," pesan-pesan Hanna untuk timnya di pelatnas.

Selama bergabung di pelatnas sejak tahun 2013, Hanna telah mengantongi beberapa gelar diantaranya juara Vietnam International Challenge 2013, juara Swiss International Challenge 2014, medali medali perak SEA Games Singapura 2015. Hanna juga tercatat memperkuat tim Indonesia di saat meraih medali perunggu di Piala Sudirman 2015 dan Asia Team Championships 2018.

Eksistensi Hanna sendiri terhitung sejak awal 2018 memang cukup rawan di Pelatnas PBSI. Ia termasuk satu dari empat pemain tunggal putri yang berstatus dalam pemantauan selama enam bulan. Itu berarti, jika sampai akhir Juni tak memperlihatkan grafik prestasi yang menggembirakan, bukan tak mungkin ia dipulangkan ke klub asalnya.

Menyimak prestasi Hanna pada semester pertama 2018 memang mencemaskan. Dari lima event terbuka yang diikutinya, prestasi terbaiknya hanya mencapai semifinal di ajang Malaysia International Challenge. Sedang di empat turnamen lainnya ia lebih banyak kandas di laga awal. Padahal seluruh turnamen yang diikutinya relatif hanya turnamen-turnamen kelas menengah ke bawah. Dalam situasi seperti ini Pelatnas Cipayung memang tak lagi bersahaja buat seorang Hanna.

Sementara Pelatih Kepala PB.Mutiara Cardinal, Umar Djaidi mengungkapkan pihak klub sesungguhnya telah berupaya menasehati agar Hanna tetap mau bertahan di Pelatnas PBSI. Namun, keinginan Hanna sepertinya tak bisa dibendung lagi.

"Dia bilang keputusan untuk mundur dari Pelatnas sudah dipikirkan masak-masak sejak dua bulan lalu. Terus terang kami tidak bisa berbuat apa-apa jika anaknya memang sudah tidak berkenan lagi berada di Pelatnas," ujar Umar.

Umar optimis Hanna sejatinya masih memiliki masa depan yang baik, terlebih usianya baru menginjak 23 tahun. Ia pun tidak terkena degradasi dari Pelatnas PBSI.

Dengan keputusannya tersebut Hanna kini telah kembali berlatih di PB.Mutiara Cardinal yang bermarkas di Jl.Babakan Cibeureum, Bandung ini. Untuk program Hanna ke depan masih akan dibahas lagi bersama klub.

"Hanna masih berminat untuk bermain bulutangkis. Turnamen apa yang akan diikutinya, baik turnamen internasional ataupun nasional akan dibahas lagi nanti. Yang pasti, klub akan tetap mendukung karir Hanna," tegas Umar.

Umar sendiri enggan merinci lebih mendalam soal alasan mundurnya Hanna dari Pelatnas PBSI. Namun, ia tak menampik bahwa sistem pembinaan di Pelatnas PBSI perlu mendapat perhatian lebih serius, terutama menyangkut kualitas pelatih yang saat ini ada di Cipayung.

"Jangan merekrut pelatih hanya karena faktor kedekatan dan pertemanan. Idealnya, pelatih itu memang yang sudah teruji, baik dia dulu sebagai pemain yang hebat atau dia pernah melahirkan pemain yang berkualitas. Kalau dipaksakan kasihan pemainnya pasti yang akan jadi korban," tukas Umar lagi.

Selain Hanna Ramadini, PB.Mutiara Cardinal juga memiliki satu anggota lainnya di sektor tunggal putri yakni Gregoria Mariska Tunjung. Pemain kelahiran Wonogiri, 19 tahun lalu ini merupakan binaan PB.Mutiara Cardinal yang sukses menjadi juara di Kejuaraan Dunia Yunior 2017. Ia juga menjadi pilar tim Piala Uber Indonesia di Bangkok, akhir Mei lalu. Dari empat laga yang dimainkan seluruhnya berhasil dimenangkan Gregoria. (Daryadi)

Hanna Ramadini & Data Diri

Nama : Hanna Ramadini
Kelahiran : Tasikmalaya, Jabar, 21 Februari 1995
Tinggi : 162 cm
Berat : 55 kg
Spesialisasi : Tunggal putri
Pegangan raket : Kanan
Klub asal : PB.Mutiara Cardinal
Peringkat saat ini : 50 BWF
Peringkat tertinggi : 32 BWF (9 Maret 2017)
Prestasi terbaik :
- Juara Vietnam International Challenge 2013
- Juara Swiss International Challenge 2014
- Perempat final Indonesia Masters 2013, 2016
- Perempat final Taiwan Masters 2016
- Perempat final Belanda Terbuka 2014
- Perempat final Vietnam Terbuka 2015
- Semifinal Syed Modi Internasional 2017
- Medali perak SEA Games 2015
Rekor Tanding 2018 : 11 kali main, 6 kali menang, 5 kali kalah

Rapor Hanna Ramadini 2018
1. Malaysia Masters, 16-21 Januari 2018
Babak 1 vs Goh Jin Wei (Malaysia) 15-21, 19-21
2. Indonesia Masters, 23-28 Januari 2018
Babak 1 vs Venkata Pusarla Sindhu India) 13-21, 10-21
3. Vietnam International Challenge, 20-25 Maret 2018
Babak 1 vs Muralitharan Thinaah (Malaysia) 21-9, 21-13
Babak 2 vs Ling Ting Yu (Taiwan) 19-21, 21-12, 17-21
4. Malaysia International Challenge, 17-22 April 2018
Babak 1 vs Ni Made Pranita SD (Indonesia) 18-21, 21-18, 21-15
Babak 2 vs Phittayaporn Chaiwan (Thailand) 21-14, 11-21, 21-19
Perempat Final vs Crystal Pan (Malaysia) 21-10, 21-16
Semifinal vs Lee Ying Ying (Malaysia) 7-21, 21-10, 17-21
5. Kejuaraan Asia, 24-29 April 2018
Babak 1 vs Lee Jang Mi (Korea) 17-21, 21-17, 23-25

« Back to News