Pelajaran Hidup Carolina Marin
Selasa, 15 Oktober 2019 14:05:48
Majalahbulutangkis.com- Pencapaian hebat seorang Carolina Marin di ajang Victor China Open 2019 tidak hanya menjadi kemenangan pribadinya. Tetapi terselip pesan khusus bagi semua orang.
Hidup itu mirip roda pedati, kadang di atas dan kadang pula harus kebawah. Hidup terkadang berjalan tak sesuai rencana, tak selalu terlihat manis. Terkadang begitu sadis. Semua rencana yang diimpikan, bisa lenyap karena musibah tidak terduga.
Gambaran hidup itulah yang dialami pebulutangkis berparas manis asal Spanyol, Carolina Maria Marin Martin. Berstatus Juara Dunia 2018, Marin berharap meraih lebih banyak prestasi apik di tahun 2019 ini. Beberapa target besar sudah masuk bidikannya. Yang paling utama tentunya kembali jadi juara dunia. Ia juga memimpikan tiga gelar BWF World Tour tertinggi (level Super 1000): All England, Blibli Indonesia Open, dan Victor China Open.
Namun, baru di awal tahun, pebulutangkis kelahiran Huelva, Spanyol, 15 Juni 1963 ini sudah harus melupakan mimpi-mimpinya. Marin mengalami cedera lutut parah ketika tampil di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2019 di Istora Senayan, Jakarta. Celakanya, cedera itu terjadi di pertandingan final yang mempertemukannya dengan jagoan India, Saina Nehwal, mirip dengan partai final yang mereka ciptakan ketika Kejuaraan Dunia 2015 di tempat yang sama.
Ketika tengah unggul 10-4 dari lawannya, dengan berurai air mata menahan rasa sakit, Marin terpaksa keluar lapangan. Ia tak mungkin melanjutkan final. Ia harus merelakan gelar di awal tahun jadi milik Saina.
Hari itu juga, bersama pelatihnya Fernando Rivas, Marin langsung kembali ke Madrid untuk penanganan cederanya. Hasil obersevasi cedera dari dokter memunculkan vonis 'mengerikan'. Dia diharuskan menepi dari lapangan untuk waktu tujuh bulan. Demi menjalani penyembuhan, dia harus bersiap naik ke meja operasi.
Cedera merupakan hantu menakutkan bagi para atlet termasuk juga bagi Marin, juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Musibah ini memaksa para atlet harus menjauh dari sisi lapangan dan yang terparah jika dalam proses penyembuhan ternyata tak mampu lagi meneruskan karier alias gantung raket.
Ini artinya Marin harus melewatkan kesempatan tampil pada beberapa kejuaraan penting. Dia tidak akan mungkin tampil di All England pada bulan Maret. Dia juga bakal absen di Blibli Indonesia Open pada Juli. Lebih menyakitkan lagi, ia telah menutup peluangnya sendiri untuk mempertahankan gelarnya pada Kejuaraan Dunia di Basel, Swiss, Agustus lalu.
Cedera seperti yang dialami Marin pernah juga dialami pemain lain. Beberapa pebulutangkis top dunia pernah cedera yang sama. Salah satunya mantan ratu bulutangkis asal China, Li Xuerui, juara Olimpiade London 2012. Empat tahun kemudian, di usia 25 tahun, Li dalam usia 25 tahun saat itu mengalami cedera ketika berlaga di semifinal Olimpiade Rio 2016. Padahal ia sedang berjuang untuk mempertahankan emas olimpiadenya. Kebetulan Marin adalah lawan Li di semifinal saat itu.
Cukup lama Li harus berkutat dengan cederanya sebelum akhirnya melakukan comeback 2018 meski ia harus merangkak dari level terbawah. Sangat sulit bagi Li saat itu untuk bisa menerobos kembali ke singgasana top level dunia.
Memang betul dokter meminta juara dunia tiga kali ini beristirahat untuk tujuh bulan pasca operasi. Tetapi tidak bagi Marin, juara All England 2015 dan atlet Eropa ketiga setelah Lene Koppen dan Camilla Martin yang mampu merebut titel di turnamen tertua sejagat itu.
Marin memang bermental baja. Dia tak mau kalah melawan cedera. Pemilik akun Twitter @CarolinaMarin ini selalu mengunggah foto dan video hari ke hari kemajuan yang ia lakukan usai operasi. Ketika hari ketujuh usai operasi ia mengunggah video sedang belajar berjalan menggunakan tongkat yang menyangga kedua kakinya. “Selangkah demi selangkah,” begitu tulisnya.
Tiga hari kemudian sahabat petenis top dunia Rafael Nadal ini mengunggah foto usai berlatih memukul shuttlecock sembari duduk di bangku kayu sementara kaki kanannya yang dibalut perban khusus tampak disangga oleh sebuah kursi. Nadal pun selalu memberikan tanda “suka” untuk tiap unggahan Marin sebagai dukungan untuk kesembuhan dan kebangkitan sahabatnya itu.
Marin juga bersyukur karena Thori dan Suka selalu mendampingi dalam fase pemulihannya. Asal tahu saja, Thori dan Suka adalah dua anjing peliharaan Marin.
Kepada El Pais, Marin mengaku menghabiskan 10 jam setiap hari untuk berlatih teknik dan fisik serta melatih kebugarannya pagi dan sore hari di bawah pengawasan Guillermo Sanchez, pelatih fisik terkenal yang pernah menangani petenis-petenis ternama Spanyol termasuk Nadal.
Marin punya keyakinan yang berbeda. Menurutnya, setiap orang punya level berbeda dalam mengatasi traumanya. Setiap orang punya optimisme berbeda. Marin yakin bahwa selalu ada kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya untuk bangkit.
“Saatnya untuk bersiap menghadapi perjuangan paling berat. Tapi saya sangat yakin kalau saya nanti akan kembali lebih kuat,” kata brand ambassador LaLiga ini seperti ditulisnya di Twiter hari ke-30 usai operasi.
Lewat akun Twitter itu pula penyuka balet ini hanya bisa menyaksikan dan mengucapkan selamat ketika para pesaingnya bergantian merebut gelar turnamen demi turnamen tanpa kehadiran dirinya. Chen Yufei jadi ratu baru All England 2019. Lalu Akane Yamaguchi jadi juara Blibli Indonesia Open. Bahkan Akane mampu menggeser Tai Tzu-ying dari singgasana peringkat teratas tunggal putri dunia.
Brand ambassador Samsung Spanyol ini juga hanya bisa melihat Pusarla Venkata Sindhu, pemain India yang ia kalahkan di final Kejuaraan Dunia 2018 dan Olimpiade 2016, tahun ini bisa menjadi juara dunia di Basel, Swiss. Peringkat dunia Marin terus merosot, dari semula di urutan keempat terjun bebas ke posisi 24 dunia pada akhir Agustus.
Toh, juara Eropa empat kali ini tak terlalu cemas dengan hal itu. Bagi penyayang anjing ini yang terpenting adalah segera pulih dan kembali ke lapangan.
Akhirnya kesempatan untuk kembali ke lapangan pertandingan datang juga. Marin menjajal turnamen level BWF Super 100 di Vietnam Open 2019. Jauh dari ingar-bingar bintang top dunia, Marin menjadikan Vietnam Open 2019 sebagai pemanasan sebelum berlaga di China Open 2019 sekaligus pertaruhannya mempertahankan gelar.
Malang tak dapat ditolak, Marin langsung tumbang di babak pertama dari anak bawang asal Thailand, Supanida Katethong, pemilik peringkat 52 dunia dengan skor tipis 22-24, 20-22 dalam penampilan perdana setelah cedera panjang.
Pemilik gelar pemain terbaik Eropa selama empat musim ini betul-betul membuktikan Vietnam Open 2019 adalah ajang pemanasan saja sebelum terjun ke laga sesungguhnya, Victor China Open.
Turun sebagai pemain non-unggulan di Victor China Open 2019 memberi banyak keuntungan untuk kolektor 20 gelar juara BWF ini. Seperti tekad baja yang ia tanamkan ketika berusaha sembuh dari cedera, tekad serupa ia coba buktikan di Victor China Open 2019 kali ini.
Babak pertama menjadi ujian Marin karena lawan yang dihadapi adalah pemain ulet Jepang, Nozomi Okuhara, unggulan keempat Victor China Open 2019. Dalam turnamen yang sama tahun lalu, Marin sukses menjungkalkan Nozomi di partai semifinal. Sang juara bertahan mampu mengulangi cerita setahun lalu dengn memulangkan Nozomi lebih cepat lewat skor meyakinkan 21-16, 21-18.
Babak selanjutnya pemain tangguh Zhang Beiwen mesti ia hadapi. Marin kembali menang straight game 21-17, 21-12 atas pemain naturalisasi Amerika Serikat ini.di putaran dua. Baru di perempat final, Marin bak melewati jalan terjal.
Menghadapi jago tuam rumah He Bingjiao, unggulan ketujuh turnamen, Marin kalah 11-21 di game pertama. Toh, dia bisa bangkit pada game kedua, menang 21-14 dan menutup duel game ketiga dengan 21-15 sekaligus membungkam pendukung He di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, Jiangsu. Situasi serupa dialaminya di semifinal. Ketika melawan Sayaka Takahashi (Jepang) di semifinal, Marin juga kalah di game pertama. Tapi lantas bangkit untuk menyudahi dua game berikutnya dengan kemenangan.
Marin telah kembali. Ia menapaki final pertamanya usai cedera sekaligus pembuktian dari kebangkitannya. Marin telah ditunggu unggulan kedua turnamen, Tai Tzu-ying (TTY) dari Taiwan dalam partai final, Minggu (22/9/2019). Marin kalah 14-21 di game pertama oleh TTY yang tengah on fire.
Namun, semangat TTY untuk meraih gelar ketiganya di tahun 2019 ini, kalah besar dari energi kebangkitan Carolina Marin setelah istirahat tujuh bulan. Marin lantas menang 21-17 dan 21-18.
“I’m Back (saya kembali),” begitu status yang dituliskan Marin di akun Twitter untuk merayakan gelar perdananya di musim 2019. Pencapaian hebat seorang Carolina Marin di Victor China Open 2019 tidak hanya menjadi kemenangan pribadinya. Tetapi terselip pesan khusus bagi kita dari sukses Marin.
Pemilik tinggi badan 172 sentimeter ini berhasil memberikan pengalaman hidup penting bahwa ketika musibah datang tanpa diduga, tak perlu meratapinya. Jangan menyerah. Bangkit dan hadapi, tak lupa terus motivasi diri untuk kembali menjadi yang terbaik dan menjadi lebih kuat. Selamat menikmati kebangkitanmu, Carolina Marin! Anton Setiawan Rasyidin
Biodata Carolina Marin
Nama Lengkap: Carolina María Marín Martín
Lahir: Huelva, Spanyol 15 Juni 1993 (26 tahun)
Tinggi: 172 cm
Berat: 65 kg
Aktif Bertanding: Tahun 2009
Pegangan Raket: Tangan Kiri
Pelatih: Fernando Rivas
Catatan Karier
Menang: 344 kali
Kalah: 104 kali
Gelar Juara: 29 kali
Peringkat Tertinggi: 1 (24 November 2016)
Peringkat Sekarang: 23 (24 September 2019)
Carolina Marin & Prestasi
Olimpiade
Juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016
Kejuaraan Dunia
Juara Dunia 2018, Nanjing, China
Juara Dunia 2015, Jakarta, Indonesia
Juara Dunia 2014, Kopenhagen, Denmark
Kejuaraan Eropa
Juara Eropa 2018, Huelva, Spanyol
Juara Eropa 2017, Kolding, Denmark
Juara Eropa 2016, La Roche-sur-Yon, Prancis
Juara Eropa 2014, Kazan, Rusia
BWF World Tour
Juara China Open Super 1000, 2019
Juara China Open Super 1000, 2018
Juara All England 2015
BWF Superseries
Juara Japan Open 2018
Juara Japan Open 2017
Juara Hong Kong Open 2015
Juara French Open 2015
Juara Australian Open 2015
Juara Malaysia Open 2015
BWF Grand Prix
Juara Scottish Open 2013
Juara London Open 2013
BWF Grand Prix Gold
Juara Italian International 2013
Juara Finnish Open 2013
Juara Swedish Masters 2013
Juara Spanish Open 2011
Juara Morocco International 2011
Juara Cyprus International 2010
Juara Uganda International 2010
Juara Irish International 2009
BWF International Challenge
Juara European U17 Championships 2009
Juara European Junior Championships 2009
Komentar
-
Samsul bahar Minggu, 26 Agustus 2018 07:12:47
-
Samsul bahar Minggu, 26 Agustus 2018 07:12:47